Wednesday, January 2, 2013

Imam Syafii Ushul Fiqh Bag1


Periode Pertama dimulai pada ‎masa imam asy-Syafi’i ‎رحمه الله‎ dan ‎berakhir ‎kurang lebih sekitar akhir abad ‎ke empat hijriyah. Keistimewaan ‎periode ini ‎adalah penulisan kaidah ‎ilmu ushul fiqih oleh imam asy-Syafi’i ‎رحمه ‏الله‎ dan ‎keadaan serta kondisi yang ‎berhubungan langsungdengan ‎penulisan ini.‎
Imam asy-Syafi’i hidup dimasa ‎berkembangnya dua madrasah yang ‎setiap dari ‎madrasah ini tegak diatas ‎manhaj yang tidak sama dengan yang ‎lainnya. Dua ‎madrasah ini adalah ‎
madrasah hadits yang berada di ‎Madinah dengan tokoh ‎besarnya adalah ‎imam Malik bin Anas bin Malik al-‎Ashbahi ‎رحمه الله‎ (w 179 H) ‎dan kedua ‎adalah madrasah ar-Ra’yi yang berada ‎di Irak dengan tokoh ‎besarnya adalah ‎para murid Abu Hanifah ‎رحمه الله‎.‎
Madrasah hadits dikenal sangat ‎kental dan dekat dengan riwayat, ‎karena kota ‎Madinah adalah tempat ‎berkumpulnya para sahabat dan tempat ‎turunnya ‎wahyu. Sebaliknya madrasah ‎ar-Ra’yi sangat kental nuansa akalnya ‎karena ‎tidak memiliki sebab-sebab ‎riwayat seperti di Madinah, ditambah ‎lagi banyaknya ‎fitnah dan pemalsuan ‎hadits di sana. Yang perlu diperhatikan ‎bahwa kedua ‎madrasah ini sepakat ‎mewajibkan untuk menerima dan ‎mengamalkan al-‎Qur`an dan sunnah ‎dan tidak mendahulukan akal dari ‎kedua sumber tersebut.‎
Dalam hal ini imam asy-Syafi’i ‎رحمه الله‎ ‎mampu mengkompromikan kedua ‎‎madrasah ini dan memperoleh ‎keistimewaan yang dimiliki masing-‎masing ‎madrasah tersebut. Beliau ‎menyatukan fiqih imam Malik di ‎Madinah – yang ‎beliau sendiri adalah ‎murid imam Malik ‎رحمه الله‎ – dan fiqih Abu ‎Hanifah di Irak, ‎karena beliau berguru ‎langsung kepada imam Muhammad bin ‎al-Hasan asy-‎Syaibani ‎رحمه الله‎ (w 189 H) ‎ditambah dengan fiqih ahli Syam dan ‎Mesir karena ‎beliau pun mengambil ‎ilmu dari para ulama pakar fiqih di ‎sana. Ditambah lagi ‎dengan Madrasah ‎Makkah yang memiliki perhatian lebih ‎besar dalam tafsir al-‎Qur`an dan sebab ‎turunnya.  Dimana beliau belajar ‎langsung di Makkah ‎kepada para ulama ‎fiqih dan ulama hadits disana hingga ‎mendapatkan ‎kedudukan sebagai mufti. ‎Semua ini didukung dengan kepakaran ‎beliau dalam ‎bahasa Arab yang beliau ‎dapatkan dari pedalaman Arab pada ‎kabilah Hudzail ‎yang termasuk suku ‎terfasih dalam berbahasa Arab. Dengan ‎anugerah besar ‎yang dimiliki inilah –‎dengan taufiq dari Allah- beliau mampu ‎meletakkan ushul ‎dan kaidah dalam ‎ber-istimbath (pengambilan hukum dari ‎dalil) serta ketentuan ‎berijtihad. Juga ‎beliau mampu menjadikan fiqih diambil ‎dari sumber hukum ‎yang jelas dan ‎pasti. Dengan sebab itu beliau ‎membuka pandangan ulama ‎fiqih dan ‎memberikan contoh kepada para ‎mujtahid setelah beliau untuk ‎bertindak ‎seperti yang telah beliau lakukan dan ‎menyempurnakan yang ditemui ‎mereka ‎nantinya. Demikianlah imam asy-Syafi’I ‎رحمه الله‎ menulis kitab “AR-‎RISAALAH” yang ‎menjadi kitab pertama dalam ushul ‎fiqih.‎
Imam Ahmad bin Muhammad bin ‎Hambal ‎رحمه الله‎ (w 241 H) berkata: Dahulu ‎‎fiqih itu terkunci pada ahlinya saja ‎hingga Allah bukakan dengan asy-‎Syafi’i. ‎‎(lihat Tahdzieb al-Asma’  wa al-‎Lughaat 1/61)‎
Beliau ‎رحمه الله‎ juga menyatakan: ‎Dahulu peradilan kami berada di tangan ‎para ‎sahabat Abu Hanifah ‎رحمه الله‎ tidak ‎dapat diganggu gugat hingga kami ‎melihat ‎imam asy-Syafi’i. Beliau orang ‎terpakar dalam al-Qur`an dan sunnah ‎‎Rasululloh ‎صلي الله عليه وسلم‎. Dan ahli hadits ‎tidak akan pernah kenyang dari kitab-‎‎kitab asy-Syafi’i. (lihat Muqaddimah ‎kitab ar-Risalah hal. 6 ). Ia juga ‎berkata: ‎Kalau bukan imam asy-Syafi’i ‎maka kami tidak mengenal fiqih hadits.‎
Imam asy-Syafi’i ‎رحمه الله‎ telah ‎meletakkan pondasi pertama penulisan ‎dan ‎kodefikasi ilmu ushul dan ‎menjelaskan ketentuan ilmu ini serta ‎memperjelas ‎gambarannya.‎
Imam Syafi’i ‎رحمه الله‎ dalam upaya ‎beliau menyusun ilmu ushul fiqih ‎mengikuti ‎jejak langkah orang sebelum ‎beliau dan bersandar kepada al-Qur`an ‎dan ‎sunnah serta siroh para sahabat ‎dan atsar para imam besar. Juga ‎mengambil ‎faedah dari ilmu bahasa ‎Arab dan sejarah manusia, serta ‎penggunaan akal dan ‎qiyas.‎
Kemudian setelah beliau, ‎bermunculan upaya para ulama ahli ‎sunnah, namun ‎baru berkisar pada ‎permasalahan komitmen dengan Al-‎Qur`an dan Sunnah. ‎Diantaranya ‎adalah:‎
a.‎ Risalah imam Ahmad ‎رحمه الله‎ tentang ‎ketaatan kepada Rasululloh ‎صلي الله ‏عليه ‏وسلم‎.‎
b.‎ Kitab Akhbaar Ahaad dan kitab al-‎I’tishom, keduanya bagian dari ‎shohih ‎al-Bukhori.‎
c.‎ Kitab Ta’wiel Musykil al-Qur`an dan ‎kitab Ta’wiel Mukhtalaf al-Hadits ‎‎keduanya karya Ibnu Qutaibah.‎
d.‎ Dan kitab lainnya yang dikarang ‎para ulama salaf lainnya.‎
Pada periode ini kodefikasi ilmu ‎usul fiqih telah sempurna melalui karya ‎imam ‎asy-Syafi’i ‎رحمه الله‎ kemudian datang ‎para ulama setelah beliau ‎‎menyempurnakan upaya yang telah ‎beliau mulai khususnya yang ‎‎berhubungan dengan komitmen kepada ‎Al-Qur`an dan sunnah. Semua upaya ‎ini ‎merupakan benang merah manhaj ahli ‎sunnah dan kaedah umum dalam ‎ushul ‎fiqih versi ahlu sunnah. Periode ini ‎memiliki pengaruh besar dan penting ‎‎bagi para ulama setelah mereka.‎

belajar komputer
belajar komputer
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di samping. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.
Judul: Imam Syafii Ushul Fiqh Bag1; Ditulis oleh Unknown; Rating Blog: 5 dari 5

No comments:

Post a Comment