C. Hadis Ditinjau dari Aspek Kualitas
1. Unsur-unsur Hadis
Hadis bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada hal-hal yang berkaitan dengannya. Suatu hadis tidak terlepas dari beberapa unsur yang terkandung di dalamnya. Tanpa unsur-unsur tersebut, maka status dan validitas suatu hadis patut untuk dipertanyakan. Beberapa unsur yang menjadi pertimbangan untuk menilai keShahihan sebuah hadis itu ada tiga, yaitu matan, sanad, dan mukharrij.
a. Matan
Matan secara bahasa adalah penguat atau teks. Secara istilah adalah lafaz-lafaz yang menggambarkan makna hadis, bisa juga diartikan kalimat hadis yang mempunyai arti . Menurut Ibn Jama'ah adalah sebuah kalimat yang menjadi tujuan akhir daripada sanad . Lebih sederhananya, matan adalah bentuk redaksional sebuah hadis.
b. Sanad
Arti sanad secara etimologi adalah tempat bersandar . Adapun secara terminologi terdapat beberapa pendapat, di antaranya adalah:
1) Menurut al-Sayyid Muhammad Ibn Alawi al-Maliki, sanad ialah jalur yang menghubungkan seseorang sampai kepada matan. Jalur ini tidak lain adalah para rawi yang mentransformasikan matan tersebut secara berkesinambungan. Dengan demikian, sanad dan rawi mempunyai arti yang sama .
2) Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib mendefinisikan sanad sebagai jalur matan. Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan jalur matan adalah silsilah para rawi yang mentransformasikan matan dari sumber utama. Dengan demikian, menurut dia bahwa terdapat perbedaan antara sanad dan rawi.
3) Sanad menurut al-Badr bin Jama'ah adalah memberitahu jalur menuju hadis. Karena sanad menurutnya diambil dari kata al-Sannad yang berarti sesuatu yang naik dari lembah gunung. Hal ini karena al-musnid menarik hadis sampai kepada orang yang mengucapkan hadis. Atau diambil dari ucapan fulanun sanadun (berpegangan) sehingga sanad mempunyai arti memberitahu proses menuju matan. Hal itu dikarenakan orang yang hafal hadis menjadikan sanad sebagai acuan dalam keShahihan dan keda‘ifan sebuah hadis.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terminologi sanad adalah jalannya hadis, maksudnya mata rantai (jalur) para rawi yang menghubungkan matan mulai dari awal hingga akhir. Secara etimologi isnad berarti menyandarkan. Adapun secara terminologi isnad didefinisikan dengan pemberitahuan dan penjelasan tentang jalur matan. Namun, terkadang kata isnad diartikan dengan sanad, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, kata isnad dan sanad mempunyai arti yang sama.
Dalam ilmu hadis terdapat beberapa kata yang merupakan derivasi dari kata sanad di antaranya adalah :
1) Sanad, yang artinya proses menuju matan.
2) Musnad, yang artinya hadis yang sanadnya sampai pada Nabi Muhammad saw. Dalam hal ini sanad mempunyai tiga arti; (1) hadis yang lalu. (2) buku hadis yang sanadnya sampai kepada Nabi Muhammad saw. (3) adalah sama dengan kata isnad dimana merupakan kata benda seperti Musnad al-Syihab, Musnad al-Firdaus atau yang lain.
3) Musnid, yang artinya orang yang meriwayatkan hadis dari jalurnya baik ia paham atau tidak.
4) Isnad, yang artinya menarik hadis sampai ke orang yang mengucapkan hadis.
c. Mukharrij
Mukharrij adalah orang yang menyebutkan rawi hadis. Istilah ini berbeda dengan al-Muhdith yang artinya orang yang mempunyai keahlian tentang proses perjalanan hadis serta mengetahui nama-nama rawi, redaksi, dan kelemahan hadis. Dalam hal ini ia lebih tinggi apabila dibandingkan dengan al-Musnid. Orang yang sedang bergelut dengan hadis dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut:
1) al-Thalib adalah orang yang sedang belajar hadis.
2) al-Muhaddits adalah orang yang mendalami dan menganalisis hadis dari segi riwayat dan dirayat.
3) al-Hafizh adalah orang yang hafal 100.000 hadis.
4) al-Hujjah adalah orang yang hafal 300.000 hadis.
5) al-Hakim adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan dengan hadis secara keseluruhan baik ilmu maupun mustalah al-Hadis.
6) Amir al-hadis (pemimpin hadis)
Menurut Syaikh Fath al-Din bin Sa‘id al-Nas, al-muhaddis pada zaman sekarang adalah orang yang sibuk mempelajari hadis baik aspek riwayat maupun dirayat, kemudian mengkaji kualitas rawinya dengan mempelajari secara mendalam para rawi yang semasa dan populer dalam masalah hadis. Sehingga ia mampu mengetahui gurunya dan guru dari guru rawi sampai seterusnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh dibawah ini:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا أَبُو جَنَابٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْبَرَاءِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم خَطَبَ عَلَى قَوْسٍ أَوْ عَصاً (اخرجه احمد فى مسنده)
Sanad adalah:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا أَبُو جَنَابٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْبَرَاءِ عَنْ أَبِيهِ
ِMatan adalah:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّم خَطَبَ عَلَى قَوْسٍ أَوْ عَصًا
Mukharrij adalah:
احمد
No comments:
Post a Comment