JAKARTA - Harga daging sapi dalam beberapa minggu terakhir mengalami kenaikan signifikan, bahkan sempat hilang di pasaran. Kenaikan harga daging sapi yang terjadi saat ini sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara kuota produksi dan tingginya permintaan masyarakat terhadap daging sapi.
Berdasarkan pantauan harga di daerah-daerah pasar sentra konsumsi daging sapi, khususnya di sejumlah pasar tradisional Jabodetabek, pada minggu ketiga November 2012 harga daging bergerak naik di kisaran Rp98 ribu-Rp105 ribu per kg lebih tinggi dari kondisi normal semula pada akhir Oktober 2012 antara Rp65 ribu-Rp75 ribu per kg.
Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan PDT Deputi Bidang Perekonomian Oktavio Nugrayasa menjelaskan, data Direktorat Jenderal Pertenakan, Kementerian Pertanian, menyebutkan produksi daging sapi di beberapa provinsi sentra penghasil daging sapi, kecenderungannya mengalami kenaikan setiap tahun.
"Secara agregat, produksi daging sapi di beberapa provinsi masih akan terus mengalami peningkatan produksi," demikian seperti dilansir dari Setkab, Rabu (21/11/2012).
Dia menjelaskan, berdasarkan tipikal, perilaku lonjakan kenaikan harga daging sapi dapat dilihat pada industri hulu dan hilir. "Indikator yang dapat digunakan adalah struktur produksi daging nasional, pengiriman ternak dari sentra produksi ke sentra konsumsi dan jumlah pemotongan sapi pada Rumah Potong Hewan (RPH)," kata dia.
Dia mengungkapkan, kemampuan sentra produksi di Kawasan Timur Indonesia sudah berkurang dikarenakan makin langkanya sapi di kawasan tersebut. Akibatnya, harga sapi lebih mahal dan tidak mampu bersaing dengan sapi yang berasal dari Jawa. "Apalagi jika dibandingkan dengan sapi impor yang diusahakan feedlot di Jawa dan Lampung," tambahnya.
Ditambah lagi, terdapat sejumlah hambatan distribusi/transportasi sapi terjadi dari sentra produksi ke konsumen, baik menyangkut persoalan transportasi kapal antarpulau maupun transportasi darat ikut memicu kenaikan harga daging sapi.
"Konsekuensinya, Indonesia harus melakukan impor. Impor daging sapi awalnya hanya untuk memenuhi segmen pasar tertentu, namun kini telah memasuki segmen supermarket dan pasar tradisional," tambah dia.
Oleh karena itu, dia mengungkapkan peningkatan impor dipacu juga oleh adanya tuntutan konsumen terhadap kualitas daging, harga bersaing, serta adanya kesepakatan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), pasar dalam negeri harus terbuka bagi produk impor, termasuk produk daging sapi.
"Berdasarkan kuota kebutuhan daging sapi nasional pada 2012, diperkirakan sebesar 484.060 ton, terdiri dari 399.320 ton daging lokal dan sisanya sebesar 84.740 ton (17,5 persen) daging impor," tukas dia.
sumber okezone
No comments:
Post a Comment