sebelum mengenal kebudayaan islam di indonesia yang sekarang, ada baiknya kita mengetahui umat islam di nusantara (jawa). dalam tulisan ini must wildan mau berbagi dengan keadaan sosial umat islam indonesia pada masa sebelum kemerdekaan, pra kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. meskipun demikian teori ini juga masih berlaku untuk umat islam pada masa sekarang, yang katanya sudah orang neo atau apa ternyata juga gak beda dengan para pendahulunya.
Ketika masa
penjajahan rakyat Indonesia telah digolongkan. Seperti halnya pendapat Clifford
Geertz yang membagi Umat Islam di Jawa kepada tiga golongan yaitu Santri,
abangan, dan priyayi. Adapun penjelasan ketiga golongan itu sebagai berikut.
1.
Santri
Istilah santri berasal dari Bahasa India, yang
merupakan pusat agama Hindu adalah Sastri yang berarti orang yang
mengetaahui isi dari kitab-kitab suci agama Hindu. Kata ini merupakan turunan
dari akar kata Sastra yang berarti kitab suci. Jadi bisa dikatan santri adalah
Ulama umat Hindu. Tetapi ketika
santri dilekatkan kepada umat islam maka santri berubah menjadi orang yang
menganut Islam dengan taat dan patuh.
Memang
sebelum Islam datang ke tanah Jawa mayoritas penduduk Jawa beragama Hindu dan
Budha. Namun ketika islam datang ke Jawa/Nusantara (untuk mengetahui awal masuknya islam di nusantara klik saja). tidak serta-merta dengan
menghapus budaya jawa, yang memang merupakan ritual dari umat Agama Hindu dan
Budha. Islam datang ke Jawa dengan tangan terbuka siapa saja boleh masuk ke
dalamnya. Tidak sampai di sini, para penyebar islam di jawa juga tidak
mengharamkan atau menghilangkan budaya yang ada. Para ulama berusaha menyatukan
kebudayaan jawa yang memang didominasi ajaran hindu daan Budha dengan ajaran
dan sariat Islam.
Dari
segi sosial, kaum santri merupakan golongan ekonomi menengah di tanah jawa.
Biasanya mereka adaalah para pedagang pribumi atau saudagar-saudagar dari tanah
india. Mereka hidup layak dan juga dihormati oleh pemerintahan kolonial Belanda
maupun Jepang. Kaum santri ditinjau dari segi religious merupakan umat islam
yang mengetahui tentang islam dan menjalankannya dengan ikhlas tanpa adanaya
keterpaksaan.
Dalam
membahas peran santri dalam ranah kekuatan social politik di Indonesia, sangat perlu kita meninjau zaman terakhir
kekuasan penjajahan zaman Belanda yang ditandai oleh pertumbuhan kesadaran diri
secara politik senbagai hasil perubahan-perubahan social dan ekonomi. Dampak
pendidikan gaya barat serta gagasan-gagasan aliran pembaruan Islam dari Mesir.
Zaman ini disebut dengan masa kebangkitan nasional yang dimulai pada pergantian
abad.
Akibat
datangnya pemikiran-pemikiran dari Mesir. Banyak tumbuh pergerakan-pergerakan
politik yang dilakukan oleh kaum santri. Gerakan Sarekat Islam, Muhammadiyah,
Nadlatul Ulama adalah perhimpunan yang diprakarsai oleh kaum santri di tabah
Jawa. Semua organisasi memimpikan kemerdekaan bagi tanah nusantara.
Pentingnya
arti santri secara politis pada dasarnya berasal dari kenyataan bahwa dalam
Islam, batas antara agama dan politik sangat tipis sekali. Islam merupakan Agama
sekaligus sebagai pandangan hidup. Banyak kejadian yang tertulis di dalam
sejarah membuktikan bahwa islam dan politik telah terjalin satu sama lain sejak
proses pengislaman.
Dengan
lahirnya organisasi agama ini, maka terlahirlah tokoh-tokoh islam yang
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seperti H.O.S. Tjokroaminoto, H. Agus
Salim, K.H. Hasyim Asyari, K.H. Wachid Hasjim, K.H. Ahmad Dahlan, Nuhammad
Natsir, Muhammad Hatta, dan lain sebagainya. Semua orang ini memperjuangkan
kemerdekaan dengan menggunakan semangat Islam.
Di
dalam memperjuangkan semangat kebangsaannya golongan santri membentuk partai-partai
islam seperti Masjumi, Perti, SI, dan NU yang pada dasarnya merupakan
organisasi sosial-religius.
2.
Abangan
Dari
perspektif social mereka adalah golongan terbanyak yang ada di Indonesia.
Adalah salah satu komunitas masyarakat yang ada di Jawa. Golongan ini terdiri
dari orang-orang desa yang mata pencahariannya adalah bertani. Kaum ini
merupakan yang terpinggirkan
dari pemerintah. Mereka menjalankan islam tetapi islam yang telah mengalami
senkritisasi. Seperti yang banyak dikatakan oleh ahli sosiologi adalah Islam
Jawa. Mereka masih mempercayai roh-roh yang tinggal di benda keramat seperti keris dan akik. Tidak hanya keris dan
akik pohon-pohon yang telah berumur sangat tua mereka agungkan.
Orang-orang
abangan di Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka mendirikan
perhimpunan Budi Utomo, Partai Komunis Indonesia, Taman Siswa, dan Partai
Nasional Indonesia. Adapun tokoh-tokoh yang ada dalam organisasi-organisai ini adalah
Dr. Tcipto Mangunkusumo, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Mohammad Roem, Ki Hadjar
Dewantara, Ir. Soekarno, Semaun, dan masih banyak yang lain Mereka memperjuangkan rakyat-rakyat kecil seperti petani guna mencapai kemerdekaan
dan hidup yang layak di tanah air sendiri.
3.
Priyayi
Golongan ini mencakup para anggota dinas administratif
yaitu birokrasi pemerintah serta para cendekiawan yang berpendidikan akademis.
Kedekatannya dengan pemerintah kolonial membuat mereka mendapatkan perlakuan
yang lebih, tidak seperti halnya kaum santri dan Abangan. Hal ini terbukti dengan hanya diterimanya para kaum Priyayi ke dalam sekolahan
Belanda pada waktu itu, baik menjadi murid ataupun sebagai pengurus sekolahan
tersebut.
Komunitas ini tidak berperan ketika perang
kemerdekaan dan revolusi. Hal ini disebabkan mereka adalah anak buah para kolonial Belanda
maupun Jepang.
No comments:
Post a Comment