Kalimat-kalimat al-Quran adalah mu’jizat baik dari segi penulisan, pembacaan, maupun penjelasaannya.
Kemu’jizatan bentuk tulisan al-Quran tampak pada perubahan bentuk sebagian kalimat di berbagai ayat yang berbeda baik dengan penambahan huruf atau pengurangan (baik huruf itu terbaca atau tidak) untuk memberi nuansa baru bagi beberapa makna yang tidak mungkin ditemukan tanpa ada perubahan bentuk tulisan yang lazim digunakan.
mujizat alquran |
Allah SWT menghendaki kalimat pertama al-Quran yang diturunkan adalah kata بسم yang ditulis dalam bentuk yang berbeda dari biasanya dengan membuang huruf hamzah wasal ketika disandarkan pada
Allah SWT (بسم الله ). Pada hal, kata itu biasanya ditulis sempurna lengkap dengan hamzah wasal seperti yang terdapat pada surat al-alaq ketika kata itu disandarkan pada kata ربك ( اقرأ بسم ربك ). Sebagaimana keterangan yang akan datang, pembuangan huruf dari sebuah kalimat mempercepat jatuhnya kalimat dari apa yang ditunjukkan dalam tingkah ini adalah tuntutan agar segera atau cepat wusul pada Allah SWT .
Hal ini terjadi karena kalimat-kalimat al-Quran itu sifatnya tauqifi dari Allah SWT dan tidak ada campur tangan penulis wahyu. Hal ini menuntut para pembaca al-Quran untuk merenungkan seluruh kalimat-kalimat Al-Quran, bentuk tulisan, jumlah huruf dari kalimat pertama yang dibaca dalam al-Quran.
Misalnya lagi kata اليل di seluruh ayat al-Quran ditulis tanpa lam di tengah. Sedangkan kata النهار ditulis sempurna lengkap dengan huruf alif (huruf mad). Ketika kita teliti hikmah penulisan itu, kita akan menemukan bahwa malam itu gelap, lebih pendek, dan lebih cepat berlalu dibandin siang kerena akitifitas di waktu malam sedikit dan tujuan penciptaan malam adalah untuk istirahat. Sedangkan siang adalah waktu beraktifitas dan perjuangan. Waktu yang panjang.
Masih ada banyak contoh yang memperkuat bahwa bentuk kalimat dan jumlah huruf yang kelihatannya sepele namun sebenarnya mengandung makna yang dalam.
Begitu pula, bentuk kemukjizatan tulisan al-Quran tampak pada penulisan kata yang tidak sesuai aslinya. Hal ini menunjukkan bahwa di sana ada rahasia besar yang harus diperhatikan para pembaca al-Quran agar ia tidak bergegas melewatkannya. Sekedar contoh kata نشاء dalam al-Quran semua ditulis seperti itu kecuali pada surat Hud ayat 87 yang ditulis نشؤا . Hal ini ditujukan agar pembaca memperhatikan kandungan hikmahnya yaitu seputar kebebasan manusia menggunakan harta bendanya. Manusia bebas untuk menggunakan hartanya baik dengan membelanjakannya di jalan kebaikan atau kejelekan atau ia mengharuskan diri menggunakan harta itu untuk jalan kebaikan dan jalan yang diperintahkan Allah SWT . Hal ini karena Allah SWT menjadikan kita pemegang atas harta ini.
Semua hal yang terkait dengan al-Quran berupa perubahan bentuk tulisan untuk penyesuaian makna yang dikehendaki membuktikan bahwa penulisan al-Quran adalah bersifat tauqifi dari Allah SWT untuk tujuan yang tinggi yang harus diperhatikan oleh pembaca al-Quran dan digali maksud serta tujuannya. Hal inilah yang dikehendaki oleh tulisan al-Quran.
Begitu pula pembacaan kata, kalimat, dan ayat al-Quran secara benar sesuai dengan penurunannya dengan mematuhi hukum-hukum tajwid memberi kemu’jizatan dan makna baru, dan hukum yang tidak akan tampak jika al-Quran dibaca seperti bacaan biasa. Membaca panjang sebagian huruf, memperjelas tanwin dan nun sukun, menerapkan dengung pada nun sukun dan tanwin, mengidghomkan nun mati dan tanwin pada sebagian huruf dan hukum tajwid yang lain memberi makan yang sebenarnya pada ayat-ayat al-Quran.
No comments:
Post a Comment